Benarkah ada pendapat yang menyatakan bahwa Belajar Membaca Anak atau mengajarkan anak membaca di usia dini dapat berakibat fatal, yakni dapat merusak saraf kreativitas anak?
JAWABAN:
Hal tersebut hingga sekarang menjadi bahan perdebatan yang terus berkelanjutan. Akan menjadi benar adanya, jikalau anak memang dipaksa untuk Belajar Membaca dengan Metode Belajar Membaca konvensional tanpa memberinya celah untuk berimajinasi dan berkreasi.
Hal tersebut hingga sekarang menjadi bahan perdebatan yang terus berkelanjutan. Akan menjadi benar adanya, jikalau anak memang dipaksa untuk Belajar Membaca dengan Metode Belajar Membaca konvensional tanpa memberinya celah untuk berimajinasi dan berkreasi.
Sebagai contoh Orang tua kerap menyatakan hal sebagai berikut kepada anaknya ketika memberikan kegiatan belajar membaca huruf alphabet dalam rangka mengenal huruf.
“Nak, ini Ce. Tahu?? Ikuti mama. Ceeee. Ceeeee. Cheeeee ….!!!!”
Tanpa memberitahu kepada anak kenapa itu disebut sebagai “Ce”? Kenapa tidak bisa disebut dengan “cara” yang lain?
Ingatlah kata-kata berikut ini:
Sejatinya anak memiliki dunia imajinasi dan kreativitas yang kuat, lalu kerapkali orangtualah yang merusaknya.
Sejatinya anak memiliki dunia imajinasi dan kreativitas yang kuat, lalu kerapkali orangtualah yang merusaknya.
Asal-usul penyebab utama dari rusaknya
saraf kreatifitas anak adalah: Tidak ada ceritanya orangtua yang
mengajarkan anak membaca tanpa marah-marah.
“Nak, ini huruf apa?? Apa?? Kan sudah dibilangi, kalau huruf macam
gini namanya adalah huruf Em. Kok kamu bilangnya huruf Ge. Kulak an
darimana kamu kok guoobloknya nggak habis-habis?”
Hingga terkadang mamanya hilang ingatan dengan mengatakan: “Kamu ini
anak mama atau bukan sih? Ayo, bunyi!! Ikuti mama!! Pasang matamu
baik-baik!! Em! Em! Em!!!!”
- Tahukan anda bahwa di dalam setiap kepala seorang anak pada umumnya terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang siap tumbuh.
- Cukup dengan hanya satu bentakan atau makian saja dapat mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat itu juga.
- Cukup dengan hanya satu cubitan atau pukulan saja dapat mampu membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu juga.
INI SEBUAH KEAJAIBAN
Di usia 8 bulan, otak bayi memiliki
ribuan trilyun jaringan saraf. Kemudian ketika usia 10 tahun jumlahnya
berkurang menjadi 500 trilyun (bahkan bisa kurang dari itu). Pengalaman
dan situasi di tahun-tahun awal kehidupan seorang anak sangat
mempengaruhi pengurangan jumlah sel saraf tersebut. Semakin sering
intensitas seorang anak mendapatkan bentakan atau makian, maka akan
semakin besar berdampak membunuh jaringan saraf pada otak anak.
Lebih parah lagi apabila anak terlalu
sering mendapatkan kekerasan baik fisik ataupun verbal, pasti akan
memutus banyak mata rantai jaringan saraf pada otak kecerdasan sang
anak. Kekerasan fisik dapat berupa: cubitan dan pukulan. Sedangkan
kekerasan verbal dapat berupa: kritikan, kalimat bullying, atau hanya
sekedar membanding-bandingkan situasi yang terjadi pada si anak dengan
anak yang lain semisal: kulit hitam, hidung pesek, wajah tompelan, dan
lain sebagainya.
Pilihannya ada 2: USE IT or LOOSE IT!!
Menstimulasi saraf kecerdasan anak kita, atau membunuh saraf
kecerdasannya. Cukup dengan memberikan 1 pujian atau pelukan hangat bagi
sang anak akan membangun kecerdasannya lebih dari 10 trilyun sel otak
saat itu juga.
Belajar Membaca dengan metode konvensional selain berdampak pada rusaknya saraf kreatifitas anak, juga akan berdampak: anak menjadi stress.
Sebagai contoh hari ini misalnya anda DIPAKSA untuk membaca koran yang bertuliskan
huruf-huruf Mandarin (huruf Phin Yin) sedangkan anda belum pernah sekali
pun belajar tentang huruf-huruf Mandarin.
Apakah yang akan ada di pikiran anda? Pusing?? Stress?? Tidak tahu
maksudnya?? Lalu anda hanya melihat-lihat gambarnya saja? Yang terjadi
adalah: anda melihat huruf-huruf Mandarin tersebut persis seperti
melihat cacing-cacing di kolam yang kena setrum
Nah, begitu pula dengan anak-anak kita. Ketika mereka belajar huruf abjad atau ketika mengenal huruf dan dihadapkan dengan huruf-huruf alfabet yang merupakan hal baru bagi mereka, lalu kita memaksa mengajarkan kepada mereka cara belajar membaca
dengan metode yang konvensional, maka persis!! Mereka seperti dijejali
dengan huruf-huruf yang bentuknya meliuk-liuk seperti cacing tak karuan
yang tak mereka mengerti apa maksudnya. Dan berpotensi anak menjadi
stress serta merusak potensi kreatifitas mereka.
LALU, ADA SATU PERTANYAAN BESAR:
Sebenarnya, Boleh Ngga Sih Mengajarkan Membaca Bagi Anak Usia Dini?
Sebenarnya, Boleh Ngga Sih Mengajarkan Membaca Bagi Anak Usia Dini?
JAWABANNYA:
Kenapa tidak? Mengajarkan ilmu adalah dianjurkan, bahkan sejak manusia di dalam kandungan ibu.
Kenapa tidak? Mengajarkan ilmu adalah dianjurkan, bahkan sejak manusia di dalam kandungan ibu.
Termasuk mengajarkan anak membaca, sungguh diperbolehkan, selama metode belajar membaca
yang digunakan adalah menyenangkan, membuat anak-anak menjadi
bergembira, tidak memaksa, tidak menjadikan anak menjadi stress, dan
dianjurkan dapat memberikan stimulasi bagi perkembangan daya kreativitas
dan imajinasi anak.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Glenn
Doman di dalam bukunya: How to Teach Your Baby to Read, poin pentingnya:
Orangtua dapat mengajarkan ilmu apapun kepada anak usia dini asalkan
orangtua harus terlibat dan peduli terhadap upaya pengembangan potensi
anak, serta yang paling penting adalah: dilakukan dengan penuh
kegembiraan.
Ingat, tahun-tahun yang paling berdampak
bagi anak adalah: justru sebelum anak masuk sekolah. Semua pakar
sepakat bahwa awal-awal tahun pertama kehidupan anak adalah masa-masa
emas bagi mereka. Informasi apapun yang diberikan kepada anak akan
berdampak bagi kehidupan sang anak tersebut. Masa ini disebut sebagai:
Golden Age. Pada masa ini, kemampuan otak anak untuk menyerap informasi
sangat tinggi.
Seorang anak dapat mulai belajar bahasa
sejak masih bayi. Dari 0-4 bulan, bayi merupakan ahli bahasa dunia yang
jenius (LINGUIST GENIUS). Bayi mampu membedakan hingga 150 jenis suara
yang akan membentuk semua bahasa di dunia. Bahkan, menurut Glenn Doman,
bayi mampu menguasai 5-7 bahasa jika terus diperdengarkan kepada mereka
secara teratur.
3 TAHAP PERKEMBANGAN KECERDASAN MANUSIA:
- Dari usia 0 – 4 = 50% kemampuan belajar dikembangkan pada saat ini.
- Usia 5 – 8 thn = 30%
- 9 – 18thn = HANYA 20% saja
Perkembangan kecerdasan manusia sangat
pesat saat masih di usia dini. Dari usia 0-4 tahun manusia memiliki
perkembangan kecerdasan sebesar 50%. Pada usia 5-8 tahun perkembangan
kecerdasannya bertambah 30% menjadi 80%. Terakhir, pada usia 9-18 tahun
bertambah hanya 20% saja dan mencapai titik kulminasi 100%.
Setelah usia 18 tahun, perkembangan
kecerdasan manusia akan berhenti, melainkan hanya mengalami penambahan
pengetahuan dan perbaikan pola belajar.
Pada anak usia dini, yang paling berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak adalah kemampuan:
- visual
- motorik
- perseptual
Tiga hal di atas yang diolah otak manusia sedemikian hingga membentuk
kecerdasan. Artinya, semakin anak mendapatkan banyak stimulus melalui
visual, motorik, dan perseptual maka otaknya akan merespon dan berproses
membentuk pola kecerdasan. Nah, kegiatan belajar membaca dan menulis menjadi alat bantu yang efektif dalam membentuk kecerdasan pada anak.
Kegemaran akan membaca itu penting, dan perlu dikembangkan pada anak
sejak usia dini. Membaca dapat bermanfaat memberikan nilai lebih yang
besar bagi anak berupa kecerdasan secara fisik (psikomotorik), emosi
(afektif), dan intelektual (kognitif).
MENJADI CATATAN PENTING:
The Method of Learning is More Important than The Lesson
“Metode Belajar adalah lebih penting daripada pelajaran”
The Method of Learning is More Important than The Lesson
“Metode Belajar adalah lebih penting daripada pelajaran”
Metode merupakan instrumen utama dari pendidikan. Pendidikan jika
tidak menggunakan metode yang jitu akan menghasilkan output yang kurang
efektif dan memerlukan proses yang lebih sukar serta lama. Pendidikan
jika menggunakan metode yang jitu dan cespleng maka tentu akan
menghasilkan output yang maksimal, efektif, dan melewati proses yang
lebih mudah serta efisien.
Begitu juga dalam kegiatan BELAJAR MEMBACA ANAK, diperlukan tools metode belajar membaca
yang efektif agar berdampak bagi anak sehingga lebih mudah dan cepat
bisa membaca, serta melalui proses pembelajaran tersebut secara
menyenangkan seraya dapat memacu daya kreatifitas dan inisiatif anak.
Sebuah ironi di negara kita hingga saat ini, 20-30% jumlah anak usia
sekolah mengalami kesulitan dalam membaca. Menjadi sangat ironi pula,
pemerintah tidak memperbolehkan sekolah-sekolah TK untuk memberikan
pelajaran membaca bagi siswanya. Sedangkan, ketika memasuki Sekolah
Dasar (SD) sebagian besar pihak sekolah menuntut siswanya untuk bisa
membaca, bahkan tidak sedikit pula yang menyelenggarakan tes membaca
ketika penerimaan siswa baru. Yang tidak bisa membaca seakan-akan
mendapatkan predikat sebagai siswa yang ketinggalan, sebagian menjadi
malu, sebagian menurunkan harga diri dan motivasi belajar mereka.
Ketrampilan membaca menjadi sangat penting, karena hal tersebut
menjadi pilar utama dari pendidikan. Dengan kemampuan membaca, anak akan
memperoleh banyak pengetahuan, kreativitas, dan nilai-nilai kebaikan
sebagai modal keberhasilan masa depan mereka.
Anak-anak zaman sekarang belajar dengan cara yang berbeda, karena
anak-anak zaman sekarang jauh lebih cerdas. Berdasarkan kajian dari Sam
Goldstein, neuropsychologist from the University of Utah, menyatakan
bahwa anak-anak zaman sekarang memiliki tingkat kecerdasan yang jauh
lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Hal tersebut terlihat
dari peningkatan hasil tes kecerdasan yang jauh lebih baik dan
menampilkan angka-angka yang cenderung terus mengalami kenaikan.
Anak-anak di zaman sekarang berbeda, sehingga membutuhkan alat
pembelajaran yang lebih efektif. Anak kita membutuhkan sebuah program
atau metode yang dapat menjawab kebutuhan mereka dalam hal cara belajar membaca.
Metode belajar membaca yang tradisional menjadi tidak efektif lagi.
Metode belajar membaca anak usia dini harus lebih interaktif dan
inovatif untuk menarik perhatian mereka dan membuat mereka menjadi lebih
cerdas dan kreatif.
Demikian, semoga dapat menambah wawasan bagi para orang tua.
Demikian, semoga dapat menambah wawasan bagi para orang tua.
Sumber: http://belajarmembaca.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar